Seperti halnya di Makkah setiap menghadapi pelaksanaan shalat berjamah, semua kegiatan pedagang di lingkungan harus tutup dan buka lagi setelah shalat berjamaah, hal ini juga sedang diterapkan dilingkungan pedagang kantin Masjid Agung Ciamis.
Dikatakan ketua DKM, DR. H. Wawan S Arifien, M.M, kita mencoba menerapkan pembiasaan baru, dimana sebenarnya di Mekkah sudah biasa, dimana para pedagang langsung menutup tokonya ketika sudah mendengar suara adzan, tidak peduli ada pembeli atau tidak.
“Mudah mudahan dari pembiasaan itu menjadi sebuah budaya walau akan sangat berat diawal pelaksanaanya, lama-kelamaan la pun akan terbiasa dan para pembeli pun akan memahani, ” kata H. Wawan

Tak usah takut rugi, karena Alloh akan menjamin keamanan dan keberkahannya. Pera pedagang yg sudah terbiasa sholat wajib berjamaah, yakin usaha dagangnya akan maju dan diberkahi Alloh swt.
“Lihat mereka yg di Makkah, begitu suara adzan berkumandang dari Masjidilharom, semua serempak tanpa ada lagi konando untuk menutup dagangannya, dan mereka tak ada terlihat khawatir barangnya dicuri atau nakan tak bayarbya karena mereka sangat yakin Alloh swt yg akan mengawasinya, ” tambah H. Wawan
“Mudah mudahan hal ini menjadi pembiasaan yang baik, yang kita sadar melakukannya, karena ini semua adalah kehendak Alloh SWT, agar kita tidak begitu cinta mati terhadap dunia ini, ” tandas H. Wawan
Menanggapi hal demikian Kasi Bimas Islam Kemenag Ciamis, DR. H. Moh Aip Maptuh mengatakan langkah pihak Masjid Agung Ciamis untuk menghentikan semua kegiatan perdagangan tatkala pelaksanaan shalat berjama’ah adalah positif dan mendidik.
Ekosistem ketaatan dan kesalehan beribadah bagi komunitas masyarakat Masjid Agung dengan langkah ini akan tumbuh dan terbentuk secara terstruktur, dan akhirnya akan menjadi budaya religiusitas yang inspiratif.

Orang akan lebih baik, lebih disiplin dan lebih bermutu dalam amaliyah ibadah dan menyuguhkan pendidkan bagi masyarakat lingkungan Masjid.
“Langkah ini akan menjadi syi’ar yang akan memantik ekosistem ketaatan dan kesalehan beribadah ini akhirnya akan diserap sebagai kebutuhan, meski pelan tapi pasti, sekalipun terpaksa tapi kemudian akan menjadi terbiasa. Itulah satu sisi positif dan percikan nilai edukatif yang dapat dihadirkan,” papar H. Maptuh ketika dihubungi via Whats App pada Jumat, (07/02/2025).